Saudara mu

Saudara mu ini tidak akan pernah kau temui melainkan pasti ada cela padanya. Tak dimana pun pasti kau jumpai. Apalagi sudah safar Dan bermalam beberapa hari bersamanya. Atau engkau akan melihat saudara mu itu di Mana saja. Di jalanan, di sudut Kota, di pasar, kantor, halaman, lapangan, ruang tunggu, di warung manisan, dan warung bakso.

Sama artinya yang kau temukan adalah saudara mu yang menyandang Muslim.

Mereka tak lepas dari cela. Tak kan sempurna sekali pun kau memaksa. Begitulah tabi’at nya. Sebab bisa Jadi indahnya akhlak dan adab tak ia dapatkan di bangku sekolah nya atau keluarga bahkan di lingkungan masyarakatnya.

Lalu, akankah engkau berharap. Menelan makna seindah para nabi atau Rosul Muhammad shallalahu alaihi wasalam yang Kita teladani. Yang malaikat telah mencuci hatinya sehingga menjadi bersih. Apakah akan engkau sandingkan itu dengan nya? Atau dengan generasi terbaik seperti para sahabat?

Rasanya itu tak mungkin. Sebab hal itu adalah berat bagi kaum muslimin hari ini. Belum lagi fitnah dunia menyambar bak hampir menjadi munafik Dan kafir. Akankah engkau akan bersikap keras terhadap saudara mu ini atau melengos seolah tak kenal dengannya.

Aku menghela napas? Apakah tulisan ini berlaku kepada ku? Yaa,, maafkan aku. saudara ku.

Kita dituntut untuk berlemah lembut. Berkasih sayang. Akankah bisa kita pertahankan? Saudara kita yang kini penuh dengan kesalahan Dan cela. Yang tak Kan pernah sempurna setiap kau memandangnya. Belum lagi adab, sikap, akhlak, semuanya itu tidaklah sempurna sekali lagi kau pandang.

Tak mengapa. Nahkoda menasehatkan maafkan saja.

Hanya saja. Jangan sampai kau berlemah lembut kepada orang kafir sedang engkau keras terhadap sesamu (saudara) mu. Sehingga terbalik lah makna. Mana yang lebih kau utamakan.

Saudara mu tak kan semanis madu atau gula, bisa Jadi sepahit madu pahit yang kaya akan manfaatnya. Akankah ia akan membawa mu ke jannah? Sudahkah kau ajak? Ajak lah ia. Jangan lupa ya..

Tinggalkan komentar